By Nicky E.Kosasih
Ada yang menarik dari pembicaraan saya dengan Bang Jauhari (demikian saya menyapa beliau)–asisten Super Trainer Reza M. Syarif—kemarin (dari ba’da subuh sampai dengan qobla zhuhur). Setelah membicarakan follow up kerja sama antara lembaga yang dimotori oleh Ibu Marwah Daud Ibrahim (MHMMD)dengan lembaga yang saya pimpin (BALIGH Institute), ada penggalan bahasan yang menarik perhatian saya. Beliau bilang, sepertinya anak-anak muda jaman sekarangsudah terjangkit yang dinamakan virus “Budaya Instan”(demikian saya membuat istilah dengan beliau). Mereka memandang sukses yang dipaparkan dari pelaku-pelaku kesuksesan dapat dicapai dengan jalan pintas tanpa berpeluh sesak. Kebetulan ketika itu kita sedang membahas fenomena para trainer-trainer muda yang beliau istilahkan dengan OTB (Orang Terkenal Baru), yang mulai menjamur di Negara kita.
Ternyata bahasan tersebut menyedot perhatian saya cukup dalam, setelah saya kembali ke rumah. Saya jadi berpikir Memang benar yang dinyatakan oleh Bang Jo ini. Mungkin kalau saya
perluas bukan hanya anak muda yang terjangkit virus “instan” ini, bahkan masyarakat kita secara luas. Bisa kita lihat dari mulai acara-acara telivisi yang seolah-olah menjanjikan para pesertanya untuk menjadi orang terkenal dalam waktu singkat, beberapa bulan bahkan minggu. Dan hebatnya masyarakat kita sangat berminat dengan acara-acara ini. Ditambah lagi dengan merebaknya “infotainment” yang di dalamnya “one hundred percent” membicarakan gosip seputar orang-orang terkenal. Yang celakanya manambah minat masyarakat kita untuk menjadi seperti orang-orang terkenal tersebut. Mereka berkata dalam hati: “enak kali ya jadi artis”.
Apabila kita melihat lebih dalam lagi, para politikus kitapun seperti itu. Mereka berpikir dengan bermodalkan kelihaian dalam merangkai kata dan keluasan akses jaringan, mereka dapat naik ke kancah “abdi masyarakat”. Akhirnya dengan berpikir serba instan, segala cara pun mereka halalkan. Para mahasiswa yang dikenal dengan sebutan “aktivis pergerakan” pun tidak ada bedanya. Dengan bermodalkan akses-akses informasi yang terkadang bersifat “provokativ dan isu belaka”(yang terkadang tanpa bukti otentik dan bersifat ilmiah) terjun ke konstelasi atas nama “pengawal keadilan”.
Saya rasa inilah yang menjangkiti masyarakat kita, yang serba premature. Mereka sangat enggan melewati berbagai lika-liku pembentukan karakter dan kedewasaan. Akhirnya hanya keinginan untuk selalu dimengerti, tanpa keinginan untuk mencoba mengerti. Hanya bisa meminta tanpa berpikir bagaimana untuk memberi. Hanya bisa meng”kritik” tanpa tau solusi. Inilah potret masyarakat kita, bahkan mungkin kita pun berada di dalamnya.
Seperti layaknya mie instan yang sering kita konsumsi. Memang cepat proses membuatnya, tetapi ternyata berdampak buruk terhadap kesehatan. mungkin itulah yang melekat dari sifat serba instan, semuanya pasti mengandung banyak sekali efek lanjutan yang lebih merugikan. Seperti kita ingin mengobati sebuah penyakit, ternyata malah membuatnya lebih parah dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Mulailah “aware” dengan virus ini. Karena bisa jadi secara tidak sadar kita pun telah terjangkit. Apabila ini tidak segera kita tanggulangi bersama sampai kapan pun bangsa ini tidak akan pernah sampai pada kesuksesan dan kejayaan yang kita idam-idamkan. Saya rasa satu hal sangat mungkin kita lakukan untuk saat ini, yaitu mulailah dari diri sendiri untuk “scanning” agar ter-“detect” virus instan ini. Kemudian setahap demi setahap kita “heal/deleted” dari dalam diri. Selamat berjuang!!!
Salam dahsyat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar