Wah rasanya pegal sekali merasakan tubuh ini. dilanda sakit pada bagian perut yang memang harus setiap wanita rasakan. belum lagi melewati hari-hari dengan keadaan yang terkadang diatas dan dibawah. Harus mengorbankan segala keingin hatiku sendiri untuk melihat senyuman dari orang lain. bahkan tidak mendapatkan senyuman atau ucapan terima kasih.
Lagi-lagi aku harus menutup mulutku rapat-rapat. Menyimpan semua dihati, padahal aku ingin menangis dan berteriak. dikatakan harus lebih bisa menguatkan apa yang ku mau, melawan siapa saja yang semena-mena mencuri dan menarik hak'ku.
Sepuluh Desember, hari HAM sedunia..hari yang menyimpan banyak rahasia didalamnya. Pohon melambai, embun menyapa, hujan badai menggantar sampai racun yang merusak menjadi saksi bisu keadaan. tapi di hari HAM itu, aku tidak mendapatkan HAK'ku!
Ingin kau pergi dan menepati janjiku yang sangat aku hargai. menanti dan menghitung setiap detik yang telah aku dustai. aku harus berjalan cukup jauh dengan kecepatan tinggi untuk membuat janji yang indah itu semakin dekat. Warna merah muda sudah menjadikan tato di jari-jari kakiku yang mungil akibat sepatu macan sialan itu!
Ketika tiba dijanji itu, terusak begitu saja oleh kata. Kata yang dalam seribu empat ratus enam puluh hari ini selalu ada. yang membuat hatiku hancur lebur dirundung masalah, yang dapat membuatku begitu bahagia penuh cinta.
Kemana Hak'ku? Aku tidak mendapatkan hak'ku. Hak'ku untuk dicintai selayaknya aku mencintai. Aku membuang teman-temanku selama ini. menggorbankan kebahagiaan masa mudaku.
Sama sekali tak tampak itu semua. Tak ada ucapan selamat malam, ucapan cinta yang dulu kau keluarkan susah payah hingga keringat darah itu yang menyertaimu. Penuh amarah datangmu ketika itu semua kupaparkan. Semua hari bersejarah tak pernah kau anggap bersejarah. Haruskah aku yang terus berdiri tanpa boleh sedikitpun mengeluarkan airmata?.
Aku yang seharusnya menangis dan mengeluh. Aku yang seharusnya terlindungi dan dijaga. Karena aku istri, kau suami yang harus kuat menjagaku dan anak-anak lengkap dengan badai terpaan semungil manis hingga besar menggerikan.
Kau yang susah payah membuat puisi, menyanyikannya didepanku, memanggil sahabat-sahabatku untuk hari bahagiaku. Tetapi kau menjauh dan menyesali tak bisa berada diantara pria-priamu itu. Harus tak ada diantara mereka karena aku yang memaksa, bukan kau yang ingin membuatku bahagia.
Kau menyuruhku berkata kejujuran pada ibunda. Sedangkan kau selalu menangis dipangkuan Ibundamu ketika kau bersedih. Kau menyuruhku berlari pada ibundamu dan menangis ungkapkan torehan hati. Sedangkan ibundaku menangis sakit dihadapanku akibat kekhianatanku itu! Kau tidak merasakannnya!!! Akupun ingin menangis dihadapan Ibundaku dan mengharap pelukan dan sentuhan pada dahiku yang menyerupainya.
Aku membenci hari bersejarah yang seharusnya mengundang senyum. Aku tak mau bertemu dengannya, Dengan hari-hari itu yang hanya membuat tahunku menjadi buruk!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar