Aku mengenal dirinya sekitar kurang lebih empat tahun lalu,tepatnya tanggal 31 Oktober 2003 Saat bulan ramadhan disuatu senja yang dihiasi rintikan hujan. Walaupun rambutnya yang ikal dan gondrong seleher, aku yakin ia orang yang cukup baik dalam pergaulan. Mengapa aku berpendapat seperti itu, karena sejak dulu aku membenci pria berambut gondrong. Tetapi dengan matanya yang kecil,bulat, dan t hidup terlihat sekali bahwa tidak ada darah penjahat didirinya. Itu terlihat jelas dari matanya yang ikut tersenyum ketika ia tersenyum dan bahkan tertawa.
Aku mulai mengenalnya setelah beberapa kali bertemu. Ia termasuk orang yang banyak bicara. Apapun ia bicarakan. Dari mulai mantan kekasihnya sampai politik ia bicarakan. Entah mengapa aku dengar sabar selalu mendengarkan apa yang ia lontarkan dan bicarakan. Ia orang yang ramah, supel, dan banyak teman dikampus saat itu. Itu terbukti dengan tak bisanya ia bebas berbicara padaku saat kita sedang bersama. Ada saja yang menyapanya, dari sekedar berbasa-basi, hingga dengan terpaksa akupun harus rela meninggalkannya untuk langsung kembali ke ‘tugas’nya.
Aku memang tak banyak bicara pada saat itu, tidak seperti biasanya ketika aku mengenal dengan teman cowok baru. Saat dibangku SMA, aku bisa langsung dapat akrab berbicara panjang lebar dan bercanda. Tetapi mengapa dengannya,aku tidak bisa?!. Walau begitu, aku saat itu memiliki tekad untuk ingin menjadi sahabatnya. Saling berbagi cerita, bahagia, kesedihan, dan apapun tentang kehidupan ini. sungguh…hanya ingin menjalin hubungan sebagai sahabat, tanpa tanda kutip.
Aku dapat mendefinisikan tentang dirinya, bahwa ia seorang yang penuh dengan semangat serta motivasi. Orang yang ramah dan selalu membantu orang lain tanpa pamrih dan tanpa maksud untuk dipuji. Cara ia bertemu sapa dengan orang-orang yang dikenalnya begitu hidup, dengan tatapan mata yang penuh kobaran semangat serta genggaman tangan yang kuat. Seakan selalu memberikan energi kepada siapapun yang berada disekitarnya saat itu.
Aku baru mengenal dunia kampus saat itu, ternyata aku bertemu dengan seseorang yang begitu mencintai kehidupan kampus dan selalu bergelut dengan apa saja yang berhubungan dengan perubahan. Ia rela berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, rela berpanas-panasan di depan gerbang gedung pemerintahan, rela menyumbangkan suaranya untuk berteriak orasi guna mengobarkan semangat jiwa para mahasiswa.
Aku tak habis mengerti mengapa aku begitu tertarik padanya.Tak kupungkiri memang wajahnya cukup menawan walaupun jauh dari kesan ‘metroseksual’. Tetapi bukan kali itu saja aku menemui seseorang yang berwajah rupawan untuk dijadikan teman. Tetapi dunianya yang begitu jauh berbeda dengan duniaku, begitu menggugah hatiku untuk ingin terus mengenalnya lebih jauh.
i'll love u till the end of my life!! honey...
BalasHapus