Aku menemukan tulisan ini di sebuah blog tanpa identifikasi pemilik yang jelas dimana membuatku terharu;
Dirinya begitu hebat dalam pandanganku dikala aku berjumpa untuk pertama kalinya. Tatapannya begitu dasyatnya menarik seluruh aura ku yang kusembunyikan untuk siapapun kaum adam. Dengan mengikuti nafsu syetan…aku ingin sekali membuat ia menjadi bagian hidupku. Bukan menjadi suamiku yang seharusnya kuakhiri dengan sebuah pahala. Melainkan sahabatku yang tidak pernah sekalipun dalam hidupku aku miliki.
Entah mengapa doaku terjawab setelah lebih dari 365 hari aku menangis dimalam hari untuk dapat sepenuhnya mengeluarkan rasaku ini.
Hingga waktu yang lebih dari tiga kali lipat telah terlewati. Sungguh ia masih menjadi sahabatku. Tetapi ketika hati ini begitu memanas dan berkorban penuh bunggahan rasa emosi yang tak baik,ketika harapanku tak terwujud,saat yang ingin kubuang jauh dari kamusku justru semakin melekat pada persahabatan ini.
Oh aku sudah tak sanggup lagi meniti semua ini. Meniti perasaaan yang terus muncul saat dirinya sekan lebih takut kehilangan mereka semua dibandingkan diriku yang ia ungkapkan adalah nafasnya juga.Meniti langit dan bumi yang kita miliki. Tetapi terus saja rasa indah kami lagi-lagi menutupi kegelisahan-kegelisahan kami.
Ia yang begitu indahnya tega membiarkanku menjadi dapat menghadapai kehidupan ini dapat aku rengkuh walau banyak sekali setan-setan dunia yang berkeliaran.
Ia yang begitu indah mengucapkan seluruh jenis puisi-puisi masa depan ketika tatapannya bergelora
Ia yang begitu aku inginkan dikala pertama kali aku sadari ada makhluk sepertinya yang tak pernah kusadari akan menjadi jantungku juga.
Tapi mengapa ada kata sepah dibuang saat telah dirasakan manis?.
Ia yang mengenaliku dengan indahnya alam yang bersahaja.Iapun mau mengajakku berpetualang untuk menyusuri pemandangan Agung milikNya.
Ia yang masih mau mencintaiku walau butir-butir air mendidih menyala dihatinya saat terbukti akulah tersangka yang menyalakannya.
Ia yang hanya mempercayaiku untuk menjaga semua warna-warna kelam hidupnya.
Tetapi mengapa aku masih saja terus merasa Ia tidak cukup baik bagi hidupku?!Apakah bila jantungku hanya ada milikku aku dapat meniti kehidupan sejauh ini?
Hingga kusadari disetiap sujudku ketika malam sudah lebih dari larut. Ketika butiran air ini tumpah bersama ledakan tangisku hanya kepadaNya. Doa-doa yang kupanjatkan untuk kebaikan kita berdua.
Rasa takut itulah yang sekakan membuat semua ini terjadi.Rasa yang tidak tulus,tak ada ikhlas dan luput dari suatu alasan.
Aku mencintainya bukan karena Allah. AKu menyadari bahwa akupun lebih takut kehilangannya daripada takut tidak bisa bersujud dan melafalkan asma-asmaNya.
----Hamba Allah----
Akupun menitikkan air mata dengan ditemani lemasnya seluruh kujur tubuhku.